Selamat Datang Di Blog Kelompok 1 Grendo Maruto EI A

Minggu, 15 September 2013

Contoh Karangan Narasi


1. Contoh Cerpen

Piala Ini Untuk Ibu
Sedikit tergesa-gesa, Risky berlari melintasi halaman rumahnya. Dengan wajah terlihat gembira, sesekali anak kelas 1 SMP itu memandangi piala yang digenggamnya. Sepertinya ia sudah tidak sabar lagi menunjukkan piala itu pada ibunya dan membuktikan hobi sepakbola yang ia banggakan bisa membuahkan prestasi.
“Ibuu…Risky pulaang ,” ucap Risky setengah berteriak sambil membuka daun pintu.
Risky tertegun, disudut ruang tamu banyak sekali tetangga yang duduk bersimpuh mengerumuni ibunya. Risky mencoba melangkah mendekat. Sejurus kemudian Risky melihat ibunya menangis sambil menyebut-nyebut namanya.
“Ibuu..ibu kenapa, ini Risky bu.. ini piala yang Risky janjikan kemarin, Risky berhasil jadi juara satu buu..,” teriak Risky mulai dilanda kekhawatiran. Namun rupanya tak seorangpun mendengar teriakannya, termasuk ibunya yang suara tangisannya semakin keras.
Belum terjawab keheranan Risky tentang apa yang terjadi, tiba-tiba ia mendengar suara sirine mobil ambulans yang sepertinya berhenti tepat di halaman rumah. Tak lama kemudian pintu terbuka dan masuk beberapa orang memakai seragam putih-putih dengan menandu seseorang, lalu mereka membaringkan tubuh seseorang itu di meja ruang tamu. Seketika suasana rumah menjadi gaduh. Jeritan ibunya semakin menjadi-jadi diiringi isak tangis orang-orang disekitarnya.
Risky…Risky anakkuuu…,” teriak ibu Risky sambil mendekap tubuh seseorang itu. Dipenuhi rasa penasaran, Risky kembali mendekati ibunya. Alangkah terkejutnya ia melihat tubuh yang terbaring di meja itu yang tak lain adalah tubuhnya.
“Ibuu..apa yang terjadi denganku..,” gumam Risky dalam hati.
Belum habis rasa terkejutnya, Risky mendengar orang yang berseragam putih disamping ibunya mulai berkata kata.
”Bu..kami sudah berusaha, tapi penggumpalan darah di otak anak ibu sangat parah, maafkan kami. Anak ibu sudah pergi ,” ucapnya lirih.
Risky mulai tahu apa yang terjadi. Ingatannya melayang pada peristiwa beberapa jam yang lalu di lapangan bola. Saat ini tim Risky unggul 1 – 0 saat bertanding melawan tim SMP 45. Dimenit-menit akhir terjadi tendangan bebas didekat mistar gawang yang menguntungkan pihak lawan. Risky yang berperan sebagai salah satu pagar betis berusaha membentengi gawang supaya tidak terjadi gol. Ia sempat melihat bola melayang sebelum akhirnya membentur bagian belakang kepalanya ketika ia melompat sambil membalikkan badan. Setelah itu, ia tidak ingat lagi apa yang terjadi kemudian.
“Jadi..jadi Risky sudah meninggal buu..,” Risky terisak sambil berusaha meraih bahu ibunya. Tapi rupanya sang ibu tak bisa merasakan sentuhan tangan Risky.
Risky mulai meneteskan airmata. Takut, sedih, cemas semua bercampur jadi satu. Sebelum tahu apa yang harus ia lakukan, entah darimana datangnya tiba-tiba ada sesosok bayangan putih menghampirinya.
“Ayahh…,” gumam Risky lirih.
“Risky..sudah waktunya Risky ikut ke rumah ayah yang baru..,” ucap bayangan putih itu.
“Tapi ibu…,” jawab Risky sambil menoleh ibunya yang masih tetap menangis.
“Jika tiba waktunya nanti, ibu pasti menyusul ke rumah kita yang baru naak, “ kata bayangan putih itu seperti tahu perasaan Risky yang enggan berpisah dengan ibunya.
Sekejab kemudian, Risky perlahan menghilang bersama sosok bayangan itu. Entah kemana..hanya mereka yang tahu.

BY:ARIEF PP

Kesialanku
Pas jam 11. 00 WIB pekan kemarin, saya baru pulang dari sekolah.saya pulang kerumah naik ojek yang berada didepan sekolahku. Kebetulan waktu itu matahari amat terik hingga udara panas menyelimuti tubuhku serta lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, bikin situasi waktu itu tidak mengenakkan untukku.
Diperjalanan menuju kerumah ada kejadian lucu,ternyata ojek yang saya naiki salah jalur.pertamanya saya agak kesal tetapi sesudah ia bicara untuk bertanya jalur yang benar, ia memakai bahasa jawa yang tidak ku tahu. Tanpa sengaja saya tertawa kecil. Tetapi saya nalar saja maksudnya yaitu menanyakan jalur yang benar.kejadian tersebut cukup bikin ku geli disaat terik matahari yang semakin menusuk tubuhku.
Sesampainya dirumah kesialan kembali menerpaku.ternyata rumahku terkunci, tidak seorangpun yang ada di dalam tempat tinggal serta kebetulan waktu itu saya tidak membawa kunci cadangan. Kembali saya jadi amat kesal waktu itu. Selanjutnya saya menanti untuk beberapa menit sampai orang tua ku kembali. 10 menit pertama sudah berlalu, saya tetap duduk di kursi teras depan rumahku. 10 menit selanjutnya lalu sudah jalan tanpa kusadari, lagi-lagi tidak kujumpai orang tua ku kembali.
Sesudah hampir 40 menit saya menanti dengan rasa kesal.terlintas dalam pikiranku untuk menghubungi orang tua ku. Selanjutnya saya menghubungi orang tua ku. Saya heran kenapa pemikiran ini tidak terpikirkan olehku sejak tadi, barangkali dikarenakan terlampau emosi hingga perihal sekecil itu tidak lagi terpikirkan olehku.

BY:ANDRIAWAN

 Huda harus pulang 

Pagi cerahku berganti kelabu. Mendung menggelayut di hati. Telah terjadi gempa dan tsunami. Memporakprandakan kota kelahiran sahabatku. Dengan mata tak lepas dari layar kaca, langsung kukontak ia.
Tidak menyahut. Sibuk. Aku maklum. Sepertinya ia panik. Mengingat keluarganya tepat  berada di  sana. Aku merasa semua akan mempengaruhi hubunganku dan dia.
Di tempat kerja kujajakan panggilan rasa peduli. Kukumpulkan  dana untuk korban bencana. Mengharukan simpati teman-teman padaku. Tak segan mereka menyumbang. Jumlahnya bagiku luar biasa. Mungkin mereka tahu diriku seorang perawan tua yang hanya punya satu teman pria. Hasegawa orangnya. Mungkin mereka berterimakasih secara tidak langsung padaku, karena berhasil memperjuangkan hak mereka untuk naik gaji. Entahlah yang mana. Pokoknya uang  dalam amplop itu  menggelembung karena tebalnya.
Dalam galau pagi berikutnya, kupingku menangkap bunyi ketukan. Berlari aku mendekati. Terkesiap manakala melihat siapa yang berdiri.
“Hasegawa San?” kagetku. Ia mematung memandangku. Matanya mengandung sendu. Tanpa terduga, ia memelukku erat. Demikian eratnya hingga kumerasa sesak. Kutangkap sebentuk kepedihan dalam pelukannya.
“Aku pamit pulang, sepertinya tak akan kembali lagi ke Indonesia,” berita itu membuatku semakin berduka. Mataku mulai berkaca-kaca.
Pada akhirnya memang harus melepasnya pergi, demi untuk memperjuangkan cinta pada adik wanita dan ibunya. Aku sadar kuhanya bagian cintanya yang keberapa.

 by : M. Yusuf
2.Otobiografi

     Nama saya viki ardiyanto biasa dipanggil dengan sebutan PI’I , tapi ada juga yang suka memanggil dengan sebutan JAMBRONG. Saya berjenis kelamin laki-laki dan lahir pada tanggal 12 desember 1996 . Dan saya tinggal disebuah tempat yang berada di daerah Malang Tepatnya di Desa Genting, Kecamatan Lowokwaru.
Sekolah dasar saya yaitu di SDN Merjosari 4 lulusan tahun 2008, SMP saya di SMPN 1 Dau lulusan tahun 2011, SMK saya yaitu di SMK PGRI 3 Tlogomas. Hobi saya membaca, walupun saya tidak gemar untuk menulis tapi saya suka membaca hasil karya-karya orang lain terutama cerpen atau novel. Untuk kebiasaan saya yang lain yaitu makan makanan cemilan karena rasanya itu enak banget dan kalau sudah sekali makan pasti ketagihan.
Sejak saya kecil saya ingin menjadi seorang guru kalau bisa saya ingin menjadi seorang dosen karna kalau sebagai guru itu kita sebagai laki-laki bisa mengerjakan pekerjaan kita yang lain karna tidak sesibuk sebagai pegawai di kantoran terutama jikalau kita sudah nikah nanti.

BY:VIKI ARDIYANTO

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar