Selamat Datang Di Blog Kelompok 1 Grendo Maruto EI A

Sabtu, 23 November 2013

Contoh RESENSI CERPEN

RESENSI CERPEN
Menunggu Kapak Ibrahim

Identitas Cerpen
Judul Cerpen : Menunggu kapak ibrahim
Penulis    : Abidah EL Khalieqy
Dimuat di    : Jawa pos , juli 2012

Sebagaimana diketahui bahwa cerpen ini telah dimuat di jawa pos dan saya diberi cerpen ini untuk diresensi karena judulnya sedikit aneh sehingga saya ingin mengetahui isi cerpen menuggu kapak Ibrahim ini. Kemudian didalam cerpen ini tergambar kehidupan penghianat yang sombong.
Cerpen ini menceritakan tentang kisah seorang pengkhianat yang menyebar berbagai virus keseluruh dunia. Tidak diketahui namanya dan dia sangat misterius. Pada saat itu si pengkhianat yang sombong dipenggal kepalanya oleh sang Algojo yang pemberani. Setelah dipenggal tak disangka dia bisa hidup lagi. Keesokan harinya dipelataran istana tempat pemenggalan atau tempat eksekusi terdapat banyak orang menyaksikan Algojo mengangkat kapaknya dan dihempaskan ke kepala pengkhianat itu, tetapi dia juga tidak bisa mati. Pengkhianat memiliki sifat yang sombong, jahat, bahkan sifatnya hampir sama dengan dajjal. Namun beda halnya dengan sang Algojo yang memiliki sifat pemberani dan penyabar. Algojo seorang yang penyabar , hal ini dapat dibuktikan pada kalimat algojo mencoba menahan amarah dan menulikan kuping agar tak mendengar ejekannya.
Pada paragraf-paragraf selanjutnya kehidupan sipengkhianat selalu lari kesana kemari tidak jelas apa yang dia tuju. Tetapi para prajurit yang mengerjar tiap hari tidak juga menemukannya, hingga akhirnya mereka bertemu dan dibaawa keistana. Semua paragraph-paragraf pada cerpen ini memliki erat hubungannya dengan kehidupan kita masa depan.
Cerita ini mengisahkan tentang penghianat yang sombong yang tidak bisa mati. Cerita dimulai dengan seorang yang mengkhianati istananya dan negerinya sendiri. Dia menyebarkan berbagai virus hama dll. yang bisa membunuh semua manusia. Hingga dijuluki pengkhianat yang julukan tersebut sudah didengar diseluruh dunia. Kemudian dipenggalah kepalanya akan tetapi dia tidak juga mati. Hingga berkali-kali tetapi tidak juga mati, sampai akhirnya kepalanya dipenggal dengan kapak Ibrahim dan dia mati.
Cerpen ini mengandung niali moral yang tinggi, sehingga ada manat dan nilai yang dapat diperoleh pembaca ketika membaca cerpen ini terlihat pada bagian awal terdapat penjelasan juga kata-kata yang seharusnya tidak boleh dibaca oelh anak-anak karena sebaiknya ditujukan untuk orang dewasa.
Cerpen ini cocok dibaca untuk kalangan reamaj dan dewasaa karena novel ini menceritakan tentang nilai kehidupan,social ,moral dan agama. Dan sangatlah bagus untuk dibaca marilah yang belum baca, kita baca untuk social masa depan.

RESENTATOR:
M.Yusuf  Perwiro.N
3EI’A’ / 12560


Resensi Cerpen 
Manusia Sapu
Identitas Cerpen :

Judul : Manusia Sapu

Pengarang : Maulida Laila AR
Penerbit : Solopos
Tahun Terbit : 19 September 2010




 Sudah sepekan Ratmi mengamati seorang penjual sapu yang berada di perempatan depan rumahnya. Karena penasaran, dia bertanya kepada ibunya. Menurut ibunya, dia dipanggil Pak Sapu dan tinggal dibantaran Kali Samin. Namun karena Ratmi masih penasaran, dia beralasan untuk dapat membeli sapu pada Pak Sapu tersebut. Selama Ratmi membeli sapu, dia bertanya berbagai hal mengenai Pak Sapu itu. Ternyata dia bernama Pak Suyudi yang sudah berumur 87 tahun. Mendengar hal itu, Ratmi merasa kalau anak dari Pak Suyudi itu tidak punya belas kasihan pada orang tua. Namun setelah dia bertanya kembali, dia kemudian mengetahui kalau istri dari Pak Suyudi adalah seorang penyapu, sedangkan kedua anaknya menjadi penjual sapu dan pembuat sapu. Dua hari setelah kejadian itu, Ratmi tidak lagi melihat Pak Suyudi. Dia kemudian bertanya kepada ibunya, kemudian dia mengetahui kalau rumah Pak Suyudi yang ada di bantaran Kali Samin tersapu oleh arus sungai yang sedang banjir. Pak Suyudi sekeluarga pun belum diketemukan keberadaannya sampai sekarang. Mendengar hal itu, hati Ratmi pun menjadi sedih.


 Dengan membaca sekilas dari sinopsis diatas jelas diketahui bahwa cerpen yang bertemakan sosial ini memiliki alur maju yang sangat runtut. Apalagi setting yang beragam namun mudah dimengerti seperti bantaran Kali Samin, rumah Ratmi, dan siang hari di perempatan depan rumah menjadi nilai positif dalam hal komunikatifnya. Cerpen ini mengandung amanat tentang kepedulian sosial terhadap orang yang kurang mampu. Sudut pandang yamg merupakan orang pertama tokoh utama ini semakin menyatu dengan gaya bahasa yang tidak terlalu berbelit-belit dan komunikatif ini.
        Akan tetapi, cerpen yang diperankan oleh Pak Suyudi, Ratmi dan ibunya ini terasa kurang aktif karena terlalu banyaknya penggambaran setting serta pemikiran tokoh yang terlalu panjang. Ditambah dengan setting waktu yang kurang membuat cerpen ini kurang dapat dirasakan suasana yang sebenarnya terjadi dalam cerita tersebut. Namun Maulida tidak berkutat pada kesalahan tersebut. Pada akhir cerita, dia memperbaikinya dengan gaya bahasa yang miris yang membuat hati merasakan betapa menyedihkannya hal yang terjadi pada keluarga Pak Samin. Kegelisahan yang dirasakan oleh Ratmi pun dapat ditampilkan kepada pembaca dengan sangat baik.


         Maulida Laila mungkin terinspirasi oleh kehidupan zaman sekarang ini yang sangat sulit dan banyak dijumpai orang-orang kurang mampu karena harga kebutuhan hidup yang selalu meningkat tiap tahunnya. Penulis ingin mengangkat kerasnya kehidupan seorang penjual sapu yang harus memeras keringat meskipun dia sudah berbau tanah. Dia yang mengetahui dan memahami kesulitan masyarakat kelas bawah kemudian menuangkan goresan hatinya pada cerpen ini.




Bahasa yang sederhana serta jelas pada cerpen ini menjadi nilai positif tersendiri, namun banjirnya gaya bahasa pada tiap pembuka dan penutup percakapan menjadi hal yang membuat cerpen ini agak terkesan berbelit- belit, namun hal ini bersifat relatif bagi setiap orang. Percakapan yang terasa memakai logat jawa ini menjadi daya tarik khusus, apalagi dengan penambahan kosa kata jawa yang baik dan bisa dimengerti umum. Seandainya gaya bahasanya padat dan indah, pastilah cerpen ini menjadi sempurna. Bahasa yang komunikatif serta sedikitnya nilai kurang membuat cerpen ini cocok bagi para pembaca, terutama bagi yang masih pemula.

BY:Andriawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar